Muhamad Rofiq Mudzakkir : Islam dan Nilai-Nilai Kesetaraan Gender dalam Pendidikan
YOGYAKARTA – “Isu kesetaraan gender relatif selesai diinternal kita, kemajuaannya sangat pesat secara signifikan, dapat dilihat bahwa standar kesetaraan gender kita jauh lebih baik dibandingkan dengan negara muslim di dunia barat sekalipun”. Hal ini disampaikan oleh Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muhamad Rofiq Mudzakkir saat menyampaikan keynotespeech dalam acara seminar “Seminar dari Kelas ke Kehidupan: Menanamkan Nilai – Nilai Nirkekerasan dan Kesetaraan Gender di Lingkungan Pendidikan”, pada sabtu (30/11/2024).
Rofiq mengatakan bahwa angka buta huruf di Mesir terutama kalangan kaum Perempuan di wilayah pedesaan cukup tinggi terhitung pada tahun 2017 mencapai angka 10 juta.
“Pendidikan itu belum bisa diakses oleh semua kalangan, alhamdulillah itu tidak menjadi masalah serius bagi kita” imbuh Rofiq.
Kemajuan kaum perempuan di Indonesia juga dibuktikan dengan adanya ‘Aisyiyah sebagai satu-satunya organisasi perempuan yang memiliki 3 universitas, dan yang lebih membanggakan yaitu UNISA Yogyakarta di era kepemimpinan rektor Warsiti berhasil membuka Fakultas Kedokteran yang tentunya menjadi prestasi tidak hanya bagi UNISA, tetapi juga prestasi bagi ‘Aisyiyah, bahkan prestasi bagi Masyarakat muslim Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Rofiq membahas terkait tinjauan sejarah isu kesetraan gender terutama pada ilmu rijalul hadits. Ilmu Rijalul Hadits ialah salah satu cabang ilmu hadits yang mengkaji tentang perawi hadits.. “Saya ingin memunculkan biografi intelektual dua tokoh pendidikan Islam dari generasi awal Islam yang insya Allah inspiratif yaitu Aisyah binti Abu Bakar dan Amrah binti Abdurrahman,” ucap Rofiq
Rofiq menjelaskan bahwa Amrah binti Abdurrahman ialah tokoh intelektual dari kalangan Tabiin. ia besar dalam didikan Aisyah, Amroh lahir sebagai pemikir besar yang berpengaruh karena selalu berada di dekat Aisyah. “Kita semua tau bahwa Aisyah merupakan seorang perawii yang paling banyak menceritakan hadits. Sejarah kita penuh dengan inspirasi dimana perempuan itu agen perubahan, mengambil peran penting. Aisyah merupakan seorang guru, tenaga pendidik, sehingga jangan lagi mengatakan bahwa Perempuan itu kaum terbelakang, perempuan itu tidak punya peran sama sekali. Itu menandakan bahwa ingatan kita yang pendek padahal dalam dalam sejarah Islam 42 jilid ketika dibukukan terkait perempuan,” jelas Rofiq.
Sebagai penutup rofiq menegaskan bahwa peran perempuan dan laki laki sekaligus sangat vital atau setara dalam dunia pendidikan, ilmu dalam pendidikan tidak terbatas gender. (Asrida)