Penguatan 7 Nilai Kebiasaan Baik Nirkekerasan di Sekolah
YOGYAKARTA – “Tiga dosa besar di dunia pendidikan yaitu, intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan. Saya masih memiliki keyakinan, bahwa dengan pendidikan toleransi dan nirkekerasan itu bisa menyelesaikan 3 hal tersebut.” ujar Syifaul Arifin, Anggota Presidium Mafindo dalam “Seminar dari Kelas ke Kehidupan: Menanamkan Nilai – Nilai Nirkekerasan dan Kesetaraan Gender di Lingkungan Pendidikan,” Sabtu (130/11/24).
Dalam seminar yang merupakan kerjasama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia bersama.Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah ini, Syifaul mengutip Helen Keller yang menyampaikan bahwa seharusnya pendidikan itu dapat menghasilkan pribadi yang toleran, ia menyebut bahwa hasil tertinggi dari pendidikan adalah toleransi.
Bagaimana menanamkan kebiasaan baik tentang nirkekerasan dan toleransi kepada anak-anak?
Syifaul menjelaskan bahwa “7 kebiasaan anak indonesia hebat yang baru di luncurkan oleh kemendikdas sangat menarik, tetapi yang disebutkan oleh wakil menteri adalah hal-hal yang sangat-sangat biasa ada di lingkungan kita. bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan sehat yang bergizi, bermasyarakat, dan tidur cepat.”
“7 karakter tadi, secara umum bisa disebut bahwa itu dapat membangun karakter pribadi yang kuat, disiplin, meningkatkan kualitas hidup, dan kepercayaan diri. Apabila itu dilakukan maka akan tumbuh karakter anak yang kuat. Bahwa dengan displin dan karakter yang kuat maka akan ada kepercayaan diri.” lanjut Syifaul.
Kemudian Syifaul juga mengatakan bahwa “Syafi’i menyebut islam yang asli atau original adalah islam yang santun, islam yang lembut, islam yang ramah, islam yang penuh rahmat, islam yang toleran, islam yang mengakomodir budaya lokal, islam yang tidak main paksa. jadi semakin tinggi imannya maka semakin toleran dan menghargai pihak lain.”
Syifaul menegaskan juga seperti yang kita ketahui Allah menyuruh kepada Nabi untuk berlemah lembut kepada orang lain, ini menunjukkan bahwa islam sangat mengakomodasi dan menyuruh pada umatnya untuk berlemah lembut dan berbuat baik kepada orang lain, intinya semakin tinggi imannya maka semakin toleran.
“Sehat jasmani akan berpengaruh pada sehat pikiran juga, dan apabila sehat jasmani juga sehat pikiran maka anak-anak akan bermasyarakat tanpa akan memperhatikan soal suku, agama, ekonomi, dan sebagainya. 7 kebiasaan baik anak hebat tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menjadikan anak pribadi yang kuat, yang makin toleran, bisa menghargai orang lain dan sebagainya.” lanjut Syifaul.
Bagaimana mengembangkan sikap sebagai guru yang baik?
Syifaul mengatakan “ada 7 kebiasaan disiplin positif yang bisa dilakukan, menumbuhkan kesadaran internal bukan pula kontrol dari luar, tidak sekedar memberikan hukuman tetapi bagaimana mengajarkan pada mereka ada konsekuensi logis jika kita bertindak sesuatu, memberikan dorongan bukan hadiah jadi tidak mengiming-iming hadiah agar mereka melakukan sesuatu tetapi memberi dorongan, kemudian koneksi sebelum koneksi yaitu anda tidak mengoreksi anak-anak tapi juga memiliki chemistry dengan mereka agar bisa mendorong itu, lalu memahami bukan menghakimi, kemudian kendalikan diri bukan mengontrol orang lain, dan yang terakhir adalah bersikap lembut tapi tegas.”
“Jadi 7 disiplin ini bisa dilakukan oleh guru, apabila kita mengharapkan anak-anak untuk melakukan kebiasaan hebat maka para guru dan orang tua juga harus menerapkan 7 kebiasaan disiplin positif ini. “ tutup Syifaul. (Dayang)