Peran Guru dalam Menumbuhkan Budaya Nirkekerasan di Sekolah untuk Penguatan Pendidikan Karakter
YOGYAKARTA – “Setiap individu, termasuk para guru, memiliki peran penting dalam memberantas kekerasan di sekolah dan di masyarakat.” Hal tersebut disampaikan Diyah Puspitarini, Komisioner KPAI dan Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam “Seminar dari Kelas ke Kehidupan: Menanamkan Nilai – Nilai Nirkekerasan dan Kesetaraan Gender di Lingkungan Pendidikan” bertempat di Hall Baroroh Baried Gedung Siti Walidah, UNISA Yogyakarta pada Sabtu (30/11/24)
Dalam kesempatan tersebut Diyah menyampaikan pengalamannya yang menunjukkan betapa memerasan terhadap anak harus dihentikan. “Saya baru saja kembali dari Semarang”, di mana ia terlibat dalam koordinasi terkait kasus kekerasan terhadap anak, termasuk kematian seorang siswa SD yang meninggal setelah enam hari perawatan. “Ini adalah contoh nyata bahwa kekerasan dalam dunia pendidikan tidak boleh dibiarkan,” ungkapnya.
Diyah juga menekankan empat prinsip Perlindungan Anak yang harus dipatuhi secara global, yaitu: non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak hidup dan tumbuh kembang anak, serta partisipasi anak. Semua prinsip ini penting untuk memastikan bahwa anak-anak, terutama yang disabilitas, mendapatkan hak yang setara dalam pendidikan dan kehidupan.
Diyah mengungkapkan bahwa masalah kekerasan, baik di rumah maupun di sekolah, sangat berpengaruh pada perkembangan anak. “Di rumah, anak-anak yang menjadi korban kekerasan, baik itu kekerasan fisik atau emosional, akan membawa dampak negatif tersebut ke sekolah,” jelasnya. Ia juga menyoroti kekerasan seksual dan kekerasan dalam bentuk bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. “Pendidikan tanpa kekerasan adalah hak anak-anak kita,” lanjutnya.
Selain itu, Diyah juga memberikan perhatian pada peningkatan angka kekerasan yang terjadi di sekolah, yang sering kali dimulai dari rumah. “Anak yang mendapat pengasuhan bermasalah di rumah, akan menghadapi kesulitan di sekolah, baik dalam perilaku maupun akademis,” katanya. Menurut data yang disampaikan, pelaku kekerasan yang paling banyak dilaporkan adalah orang tua, seperti ayah dan ibu kandung, serta pihak sekolah.
Pada akhir sesi , Diyah berbicara tentang pentingnya peran pendidikan dalam membentuk karakter anak yang baik. “Media sosial saat ini sangat memengaruhi perilaku anak-anak kita. Jika digunakan dengan bijak, media sosial dapat menjadi alat untuk membentuk karakter yang baik,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya kesadaran, perilaku positif, dan budaya toleransi di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua anak.
Untuk itu, Diyah mengajak seluruh peserta untuk berkomitmen menciptakan sekolah tanpa kekerasan dengan membangun komunikasi yang baik, saling mengasihi, serta memberikan pendidikan yang menyenangkan dan penuh kasih sayang. “Jika kita semua bersatu, maka pendidikan tanpa kekerasan dapat terwujud’’. tuturnya (Lili)